Search

Rabu, 21 Januari 2015

Profesi Analis Kesehatan

Sumber : mastercep aditya a.k.



Analis kesehatan adalah petugas yang bekerja di laboratorium untuk melakukan pemeriksaan lab sebagai penunjang diagnosa dokter.

Seorang analis harus memiliki ketrampilan dan tanggung jawab yang tinggi dalam pemeriksaan sampel. Hal ini berhubungan dengan adanya risiko yang fatal jika terjadi kesalahan. Profesi apapun sudah semestinya dilakukan dengan ketulusan. Seperti juga menjadi seorang analis yang berhubungan dengan nyawa manusia.
Alumni program studi (prodi) analis kesehatan makin dibutuhkan. Profesi ini berperan menegakkan diagnosa klinis melalui pemeriksaan laboratorium. Peran dokter bisa tergeser?
Alumni program studi (prodi) analis kesehatan makin dibutuhkan. Profesi ini berperan menegakkan diagnosa klinis melalui pemeriksaan laboratorium. Peran dokter bisa tergeser? ''UNTUK memastikan jenis penyakit, sampel darah pasien akan diperiksa di labaratorium''. Demikian imbauan yang lazim diucapkan pejabat di tengah merebaknya wabah flu burung. Bicara soal laboratorium, ingatan kita selalu tertuju pada sebuah profesi: analis kesehatan.
Ya, profesi tersebut sekarang sedang naik daun. Sebagai operator laboratarium, analis kesehatan menjadi ujung tombak untuk mendiagnosa beragam penyakit. Padahal dulu dokter bagaikan ''dewa'', dan dianggap sebagai satu-satunya tenaga medis yang berwenang menentukan derajat kesehatan pasien. Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan, makin terbukalah rahasia tautan derajat kesehatan dan komposisi kimia dalam tubuh manusia.
Alhasil, uji klinis seperti sampel darah, urine dan kandungan lain dalam tubuh sangat penting, untuk memastikan jenis serta stadium penyakit yang diderita pasien. Oleh sebab itu, wajar jika muncul klaim bahwa peluang kerja analis kesehatan di masa sekarang dan mendatang makin cerah. Klaim tersebut antara lain terucap dari bibir Ketua Program Studi Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Budi Santosa SKM. ''Mereka bisa bekerja di instansi pemerintah (sebagai PNS), rumah sakit swasta, laboratorium swasta, maupun marketing diagnostic. Keberadaan tenaga analis kesehatan yang profesional kian dibutuhkan masyarakat,'' ujarnya. Mengapa analis kesehatan makin laris manis? Budi Santoso merujuk dua faktor. Pertama, munculnya paradigma kesetaraan di antara tenaga medis. Dulu ada kesan bahwa perawat, analis, serta tenaga medis lainnya hanya sekadar pembantu dokter. Saat ini muncul paradigma baru bahwa setiap tenaga medis merupakan sejawat yang saling membutuhkan.
''Alasan kedua, masyarakat makin menyadari pentingnya tenaga analis dan laboratorium kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan setiap puskesmas harus memiliki sekurangnya satu tenaga analis kesehatan," ujar alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip ini. Hanya Tiga Meski pangsa pasar besar, sampai sejauh ini populasi prodi analis kesehatan relatif kecil. Di Jawa Tengah hanya ada tiga perguruan tinggi di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Depdiknas, yang memiliki prodi tersebut. Ketiganya merupakan perguruan tinggi swasta (PTS), yakni Unimus, Akademi Analis Kesehatan Pekalongan, dan Universitas Setia Budi Surakarta. Fenonema ini juga terjadi dalam skala yang lebih luas, yaitu nasional.
Pasalnya, sampai kini baru terdapat 20 program studi analis kesehatan di seluruh Indonesia. Populasi prodi lain pada bidang ilmu yang sama, seperti analis farmasi dan analis kimia, juga relatif kecil. Bahkan prodi refraksi optisi baru dimiliki lima perguruan tinggi di Indonesia, salah satunya Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikkes) Hakli Semarang. Pada saat yang sama, kesadaran masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan dan kualitas hidup juga meningkat.
Salah satunya ditandai dengan menjamurnya klinik atau laboratorium kesehatan. Apakah ini akibat banyak masyarakat yang mengidap penyakit degeneratif seperti diabetes, asam urat, liver, dan jantung? Bisa jadi memang begitu, atau lantaran meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi kesehatannya. Sudah lumrah, jika penderita diabetes melakukan pengecekan kadar gulanya secara teratur di laboratorium kesehatan. Budi Santosa pernah melakukan survei sederhana untuk mengetahui inisiatif pasien yang datang ke laboratorium kesehatan. Ternyata separo responden mengaku datang atas inisiatif sendiri. Artinya, bukan karena ada rekomendasi dokter. Mudahnya memperoleh informasi kesehatan membuat masyarakat seakan mengabaikan peran dokter.
''Dengan berpatokan pada hasil uji laboratorium, masyarakat kemudian melakukan terapi penyakit secara mandiri. Pada batas tertentu, hal itu diperbolehkan. Misalnya, hasil uji kadar gula darah digunakan sebagai patokan diet bagi penderita diabetes. Namun, peran dokter itu sangat diperlukan untuk memberikan terapi secara menyeluruh,'' ujar Budi Santosa. Penyakit Baru Hampir semua prodi analis kesehatan di Indonesia berjenjang diploma tiga (D3). Satu-satunya yang berjenjang strata satu (S1) hanya dimiliki Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Berdasarkan kurikulum yang ditetapkan Departemen Kesehatan, mahasiswa analis kesehatan juga memperoleh bekal di bidang analis medis, industri, dan kimia. Konsepnya bukan konsentrasi, melainkan lingkup kurikulum. Untuk jenjang D3, pembelajaran ditempuh selama enam semester dengan beban 110-120 SKS.
Ada tiga kompetensi utama yang diajarkan, yakni bidang klinis, mikrobiologi, dan kimia. Bidang klinis mencakup hematologi, kimia klnik, imunserologi, dan patologi anatomi. Sedangkan pada mikrobiologi diajarkan bakteriologi, mikologi, histologi dan parasitologi. Kemudian kompetensi kimia bisa dirinci menjadi kimia analisa, kimia amami (makanan dan minuman), kimia farmasi, serta biokimia. ''Meski sarat dengan muatan kimia dan biologi, prodi analis kesehatan bisa dimasuki lulusan SMA dari semua jurusan.
Ada satu persyaratan khusus, yakni tidak buta warna,'' tambahnya. Animo calon mahasiswa sangat besar. Namun sesuai akreditasi prodinya, yakni B, penerimaan mahasiswa baru dibatasi hingga 40 kursi saja. Besarnya animo calon mahasiswa juga diakui Wakil Direktur II Akademi Analis Kesehatan (AAK) Pekalongan Suparyati SP. ''Apalagi kami satu-satunya perguruan tinggi di Karesidenan Pekalongan yang memiliki prodi analis kesehatan,'' ujarnya. Meski demikian, dia mengingatkan analis kesehatan menghadapi tantangan besar dengan munculnya berbagai penyakit baru yang tak mudah dijinakkan, seperti flu burung dan sindrome saluran pernafasan akut (SARS). Suparyati mengakui, negara kita masih tertinggal dalam bidang kesehatan. ''Uji sampel darah penderita flu burung misalnya, harus dilakukan di Hongkong, karena Indonesia belum mampu,'' ujarnya. Tantangan lain adalah munculnya alat portabel yang bisa digunakan untuk uji klinis secara mandiri. Alat pengukur gula darah portabel dengan ukuran sebesar telepon seluler misalnya, bisa dibeli dengan harga Rp 200.000. Pengidap diabetes dapat memeriksa kadar gula darahnya tanpa harus datang ke laboratorium kesehatan. Fenomena ini harus disikapi dengan peningkatan profesionalitas tenaga analis kesehatan. Lulusan analis kesehatan diserap oleh masyarakat, seperti di antaranya : Instansi Pemerintah, BUMN, PMA, Rumah Sakit, Puskesmas, Industri, Apotik, Laboratorium Klinik, Lembaga Pendidikan, Wiraswasta, dan lain-lain.
Laboratorium kesehatan adalah unit kerja yang mempunyai fungsi dan tugas pelayanan laboratorium kesehatan secara menyeluruh meliputi salah satu atau lebih bidang pelayanan yang terdiri dari bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, toksikologi, kimia lingkungan, patologi anatomi (histopatologi, sitopatologi, histokimia, imunopatologi, patologi molekuler), biologi dan fisika.
PELATIHAN
Pelayanan Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai unit pelayanan penunjang medis, diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang aspek laboratoris terhadap spesimen/sampel yang pengujiannya dilakukan di laboratorium. Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan penyakit. Ahli teknologi laboratorium kesehatan yang terdiri dari para analis kesehatan dan praktisi laboratorium lainnya harus senantiasa mengembangkan diri dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya jaminan mutu terhadap hasil pengujian laboratorium dan tuntutan diberikan pelayanan yang prima.
Peran laboratorium klinik sangat penting, karena hasil pemeriksaan laboratorium akan mempengaruhi keputusan tindakan medik, dengan demikian laboratorium dituntut untuk dapat menyajikan hasil analisis secara akurat. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Plenani, Carrara (1997) tentang pelayanan laboratorium, dari 40.490 sampel terdapat kesalahan189 sampel (0,47%). Kesalahan tersebut umumnya terdapat pada proses awal (input) sekitar 68,2%. Pre analitik adalah faktor yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pemeriksaan laboratorium antara lain menyangkut administras dan sampel (persiapan pasien, teknik, preparasi dan distribusi). Keberhasilan pemeriksaan laboratorium yang diharapkan hanya sekitar 74%, 12% kesalahan karena prosedur dan 14% karena permasalahan yang tidak bisa dihindarkan.
Mengambil sample darah di daerah pembuluh darah vena bukanlah pekerjaan mudah, tetapi begitulah tugas sehari-hari yang harus dilakukan oleh seorang analis yang bertugas di Laboratorium Kesehatan. Meskipun terlihat sangat sederhana, terdapat berbagai tahap yang harus dilakukan dengan benar apabila ingin mendapatkan hasil yang sempurna.
Phlebotomy yaitu pengambilan sample darah dengan cara melubangi pembuluh darah vena subcutis. Phlebotomis harus melaksanakan tugasnya dengan kompeten yaitu pada saat mengumpulkan sample darah harus dengan sikap trampil, aman dan dapat dipercaya. Tujuan phlebotomi adalah memperoleh sampel darah dalam volume yang cukup untuk pemeriksaan yang dibutuhkan, dengan memperhatikan pencegahan interferensi preanalisis, memasukkannya ke dalam tabung yang benar, memperhatikan keselamatan (safety), dan dengan sesedikit mungkin menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia belum diatur tenaga kesehatan yang disebut sebagai teknisi phlebotomi, oleh karena itu teknisi phlebotomi belum sah sebagai salah satu tenaga kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 370/Menkes/SK/III/2007 STANDAR PROFESI AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN tidak mencantumkan kewenangan analis kesehatan/pranata laboratorium kesehatan untuk melakukan phlebotomi kecuali tercantum dalam hal persiapan pengambilan sampel.
Berdasar asumsi ini, DPW PATELKI DI Yogyakarta kembali mengadakan Seminar dan Pelatihan Phlebotomy sebagai bentuk komitmen organisasi profesi untuk memperjuangkan kepentingan anggota maupun calon anggota dalam meningkatkan kompetensinya dalam hal pengambilan darah. Mengingat salah satu tugas organisasi profesi dalam hal memberikan perlindungan hukum bagi anggotanya, dan memperhatikan bahwa kewenangan melakukan pengambilan darah oleh teknisi phlebotomi ataupun oleh analis kesehatan belum diakui sebagai suatu kewenangan yang mandiri, namun harus dianggap sebagai kewenangan yang memerlukan supervisi dari keprofesian yang menjadi "pemberi kerjanya" sebagai penanggung-jawabnya.
TUJUAN INSTITUSI
Institusi pendidikan Program Diploma III Analisis Kesehatan bertujuan untuk :
1.Mendidik tenaga yang dapat menghasilkan tenaga analis kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan professional sebagai berikut :
a.Memahami arti dan makna serta menjunjung tinggi sumpah jabatan profesi dan etika laboratorium kesehatan.
b.Memiliki rasa disiplin dan tanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dalam melaksanakan kewajiban sebagai tenaga professional di bidang Analis Kesehatan.
c.Dapat mengembangkan diri menjadi manusia professional yang kritis, kreatif, dan berorientasi kepada masa depan bangsa.
d.Mengetahui dan mengikuti program upaya pelayanan kesehatan dan melaksanakannya dengan tepat.
e.Menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip Ilmiah dalam menjalankan kewajibannya sebagai Analis kesehatan.
f.Dapat bekerja sama dengan Tim kesehatan lainnya dan dengan masyarakat.
g.Melaksanakan sistem administrasi yang baik.
h.Dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bidang Analis kesehatan secara teknis dengan pengetahuan dan ketrampilan yang memadahi.
2.Mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penerapan ilmu dan teknologi.
a.Melaksanakan dan mengembangkan program pendidikan berdasarkan falsafah Pancasila dan UUD 1945.
b.Memberikan pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.Meningkatkan jumlah dan mutu sarana pendidikan Analis Kesehatan yang memungkinkan penyebarannya keseluruh daerah agar kebutuhan akan tenaga analis kesehatan di daerah terpenuhi dan dapat menjunjung pemerataan upaya kesehatan.
d.Mengembangkan kelengkapan perangkat lunak dan perangkat keras.
3.Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tenaga pengajar.
a.Mengembangkan Pendidikan Analis Kesehatan dengan memberikan kesempatan untuk melakukan kemahiran dalam bidang pemeriksaan laboratorium.
b.Meningkatkan jumlah dan mutu tenga pengajar sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
4.Mengembangkan informasi dan inovasi.
a.Mempertahankan unsur pendidikan pada taraf yang tinggi bersama-sama dengan badan atau lembaga yang ada kaitannya dengan peralatan yang menggunakan fasilitas laboratorium.
b.Mengikutsertakan masyarakat termasuk swasta dalam menyelenggarakan Program Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan.
TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan Pendidikan Program Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan adalah mendididk mahasiswa menjadi ahli Madya Analis Kesehatan yang mampu :
1.Melakukan profesinya sesuai dengan Program Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan serta Etika Laboratorium.
2.Melakukan pemeriksaan laboratorium pada upaya kesehatan rujukan medik dan rujukan kesehatan lainnya.
3.Menggunakan dan memelihara serta memperbaiki kerusakan sederhana alat-alat laboratorium.
4.Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
5.Membimbing dan membina tenaga kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya.
6.Mengelola / memimpin laboratorium kesehatan pada upaya kesehatan rujukan pertama.
7.Melakukan administrasi laboratorium kesehatan.
8.Melakukan penyuluhan kesehatan sesuai dengan bidangnya.
PERAN DAN FUNGSI AHLI MADYA ANALISIS KESEHATAN
Sesuai dengan tugas yang diuraikan di atas, ditetapkan peran, fungsi dan kompetensi lulusan sebagai berikut :
Peran ahli Madya Analis Kesehatan :
1.Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan.
2.Pengelola komponen laboratorium kesehatan.
3.Pembimbing/penyuluh.
4.Pembantu peneliti.
Fungsi dan kompetensi
Peran I
Pelaksanaan Teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan.
Fungsi   
Melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bidang analis kesehatan
Kompetensi :
1.Mengetahui dasar-dasar genetic anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
2.Melaksanakan analisis pengujian reagensia untuk menetapkan kualitas pemeriksaan secara internal agar hasil analisis dapat dipercaya.
3.Membuat larutan pereaksi yang bersifat standar.
4.Melakukan analisis senyawa organik terutama gugus fungsional
5.Melakukan analisis secara konvensional maupun menggunakan alat-alat elektronik (instrumental analysis).
6.Mengetahui struktur, peran dan fungsi hormon, vitamin, protein dan lain-lain serta pembentukan dan penyimpanan energi metabolisme.
7.Mengenal berbagai sifat secara kimia maupun fisika dari senyawa organik.
8.Mengetahui berbagai instrument yang ada di laboratorium kesehatan dan mengetahui cara kerja dan cara menggunkannya secara efektif dan efisien.
10.Melakukan pengambilan, pengumpulan dan penyimpanan bahan-bahan pemeriksaan dan reagenisasinya untuk berbagai analisis di laboratorium.
11.Melakukan pemeriksaan secara analisis kimia klinik, hematologik, mikrobiologik, parasitologik bahan-bahan urin, feses, darah, serum, plasma, cairan lambung dan sebagainya dalam menjunjung diagnosis penyakit berdasarkan reaksi-reaksi kimia.
12.Melaksanakan pemeriksaan jasad renik dalam laboratorium kesehatan melalui pemeriksaan makroskopis, mikrokopis, isolasi dan melalui tes serologik / imonologik.
13.Melaksanakan analisis kualitatif dan kuantitatif bahan farmasi, pestisida dan makanan.
14.Melakukan pemantapan mutu laboratorium secara internal dan eksternal antara lain meliputi bidang kimia klinik hematology, patologi, imunologi dan mikrobiologi.
Peran 2
Pengelola komponen laboratorium kesehatan.
Fungsi   
1.Membantu pimpinan laboratorium dalam perencanaan laboratorium kesehatan.
2.Mengawasi pelaksanaan kegiatan laboratorium dalam komponen yang menjadi wewenangnya.
Kompetensi :
1.Merencanakan kegiatan laboratorium.
2.Mengatur pelaksanaan pemeriksaan laboratorium.
3.Mengawasi dan membimbing pelaksana pemeriksaan laboratorium.
4.Mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium.
5.Membuat laporan mengenai kegiatan laboratorium.
Peran 3
Pembimbing / penyuluh.
Fungsi   
1.Memberikan bimbingan dan pengawasan kepada tenaga kesehatan laboratorium yang terkait dengan teknik pemeriksaan laboratorium kesehatan.
2.Memberikan penerangan/penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemeriksaan laboratorium.
Kompetensi :
1.Membuat rencana penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium.
2.Melaksanakan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium.
3.Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan dalam bidang laboratorium
Peran 4
Pembantu peneliti.
Fungsi   
Membantu pelaksanaan penelitian dalam bidang yang berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium.
Kompetensi :
1.Mengidentifikasi masalah yang memerlukan penelitian.
2.Berperan sebagai peneliti dan anggota Tim dalam pelaksanaan penelitian dalam bidang pemeriksaan laboratorium.