Sumber : mastercep aditya a.k.
Analis kesehatan adalah
petugas yang bekerja di laboratorium untuk melakukan pemeriksaan lab sebagai
penunjang diagnosa dokter.
Seorang analis harus memiliki ketrampilan dan tanggung jawab yang tinggi dalam pemeriksaan sampel. Hal ini berhubungan dengan adanya risiko yang fatal jika terjadi kesalahan. Profesi apapun sudah semestinya dilakukan dengan ketulusan. Seperti juga menjadi seorang analis yang berhubungan dengan nyawa manusia.
Seorang analis harus memiliki ketrampilan dan tanggung jawab yang tinggi dalam pemeriksaan sampel. Hal ini berhubungan dengan adanya risiko yang fatal jika terjadi kesalahan. Profesi apapun sudah semestinya dilakukan dengan ketulusan. Seperti juga menjadi seorang analis yang berhubungan dengan nyawa manusia.
Alumni program studi (prodi) analis kesehatan
makin dibutuhkan. Profesi ini berperan menegakkan diagnosa klinis melalui
pemeriksaan laboratorium. Peran dokter bisa tergeser?
Alumni program studi (prodi) analis kesehatan
makin dibutuhkan. Profesi ini berperan menegakkan diagnosa klinis melalui
pemeriksaan laboratorium. Peran dokter bisa tergeser? ''UNTUK memastikan jenis
penyakit, sampel darah pasien akan diperiksa di labaratorium''. Demikian
imbauan yang lazim diucapkan pejabat di tengah merebaknya wabah flu burung.
Bicara soal laboratorium, ingatan kita selalu tertuju pada sebuah profesi:
analis kesehatan.
Ya, profesi tersebut sekarang sedang naik daun.
Sebagai operator laboratarium, analis kesehatan menjadi ujung tombak untuk
mendiagnosa beragam penyakit. Padahal dulu dokter bagaikan ''dewa'', dan
dianggap sebagai satu-satunya tenaga medis yang berwenang menentukan derajat
kesehatan pasien. Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan, makin terbukalah
rahasia tautan derajat kesehatan dan komposisi kimia dalam tubuh manusia.
Alhasil, uji klinis seperti sampel darah, urine
dan kandungan lain dalam tubuh sangat penting, untuk memastikan jenis serta
stadium penyakit yang diderita pasien. Oleh sebab itu, wajar jika muncul klaim
bahwa peluang kerja analis kesehatan di masa sekarang dan mendatang makin
cerah. Klaim tersebut antara lain terucap dari bibir Ketua Program Studi Analis
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Budi Santosa SKM.
''Mereka bisa bekerja di instansi pemerintah (sebagai PNS), rumah sakit swasta,
laboratorium swasta, maupun marketing diagnostic. Keberadaan tenaga analis
kesehatan yang profesional kian dibutuhkan masyarakat,'' ujarnya. Mengapa
analis kesehatan makin laris manis? Budi Santoso merujuk dua faktor. Pertama,
munculnya paradigma kesetaraan di antara tenaga medis. Dulu ada kesan bahwa
perawat, analis, serta tenaga medis lainnya hanya sekadar pembantu dokter. Saat
ini muncul paradigma baru bahwa setiap tenaga medis merupakan sejawat yang
saling membutuhkan.
''Alasan kedua, masyarakat makin menyadari
pentingnya tenaga analis dan laboratorium kesehatan. Oleh karena itu,
pemerintah menetapkan setiap puskesmas harus memiliki sekurangnya satu tenaga
analis kesehatan," ujar alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip ini.
Hanya Tiga Meski pangsa pasar besar, sampai sejauh ini populasi prodi analis
kesehatan relatif kecil. Di Jawa Tengah hanya ada tiga perguruan tinggi di
bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Depdiknas, yang
memiliki prodi tersebut. Ketiganya merupakan perguruan tinggi swasta (PTS),
yakni Unimus, Akademi Analis Kesehatan Pekalongan, dan Universitas Setia Budi
Surakarta. Fenonema ini juga terjadi dalam skala yang lebih luas, yaitu
nasional.
Pasalnya, sampai kini baru terdapat 20 program
studi analis kesehatan di seluruh Indonesia. Populasi prodi lain pada bidang
ilmu yang sama, seperti analis farmasi dan analis kimia, juga relatif kecil.
Bahkan prodi refraksi optisi baru dimiliki lima perguruan tinggi di Indonesia,
salah satunya Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikkes) Hakli Semarang. Pada saat
yang sama, kesadaran masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan dan kualitas
hidup juga meningkat.
Salah satunya ditandai dengan menjamurnya klinik
atau laboratorium kesehatan. Apakah ini akibat banyak masyarakat yang mengidap
penyakit degeneratif seperti diabetes, asam urat, liver, dan jantung? Bisa jadi
memang begitu, atau lantaran meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan
pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi kesehatannya. Sudah lumrah, jika
penderita diabetes melakukan pengecekan kadar gulanya secara teratur di
laboratorium kesehatan. Budi Santosa pernah melakukan survei sederhana untuk
mengetahui inisiatif pasien yang datang ke laboratorium kesehatan. Ternyata
separo responden mengaku datang atas inisiatif sendiri. Artinya, bukan karena
ada rekomendasi dokter. Mudahnya memperoleh informasi kesehatan membuat
masyarakat seakan mengabaikan peran dokter.
''Dengan berpatokan pada hasil uji laboratorium,
masyarakat kemudian melakukan terapi penyakit secara mandiri. Pada batas
tertentu, hal itu diperbolehkan. Misalnya, hasil uji kadar gula darah digunakan
sebagai patokan diet bagi penderita diabetes. Namun, peran dokter itu sangat
diperlukan untuk memberikan terapi secara menyeluruh,'' ujar Budi Santosa.
Penyakit Baru Hampir semua prodi analis kesehatan di Indonesia berjenjang
diploma tiga (D3). Satu-satunya yang berjenjang strata satu (S1) hanya dimiliki
Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Berdasarkan kurikulum yang ditetapkan
Departemen Kesehatan, mahasiswa analis kesehatan juga memperoleh bekal di
bidang analis medis, industri, dan kimia. Konsepnya bukan konsentrasi,
melainkan lingkup kurikulum. Untuk jenjang D3, pembelajaran ditempuh selama
enam semester dengan beban 110-120 SKS.
Ada tiga kompetensi utama yang diajarkan, yakni
bidang klinis, mikrobiologi, dan kimia. Bidang klinis mencakup hematologi,
kimia klnik, imunserologi, dan patologi anatomi. Sedangkan pada mikrobiologi
diajarkan bakteriologi, mikologi, histologi dan parasitologi. Kemudian kompetensi
kimia bisa dirinci menjadi kimia analisa, kimia amami (makanan dan minuman),
kimia farmasi, serta biokimia. ''Meski sarat dengan muatan kimia dan biologi,
prodi analis kesehatan bisa dimasuki lulusan SMA dari semua jurusan.
Ada satu persyaratan khusus, yakni tidak buta
warna,'' tambahnya. Animo calon mahasiswa sangat besar. Namun sesuai akreditasi
prodinya, yakni B, penerimaan mahasiswa baru dibatasi hingga 40 kursi saja.
Besarnya animo calon mahasiswa juga diakui Wakil Direktur II Akademi Analis Kesehatan
(AAK) Pekalongan Suparyati SP. ''Apalagi kami satu-satunya perguruan tinggi di
Karesidenan Pekalongan yang memiliki prodi analis kesehatan,'' ujarnya. Meski
demikian, dia mengingatkan analis kesehatan menghadapi tantangan besar dengan
munculnya berbagai penyakit baru yang tak mudah dijinakkan, seperti flu burung
dan sindrome saluran pernafasan akut (SARS). Suparyati mengakui, negara kita
masih tertinggal dalam bidang kesehatan. ''Uji sampel darah penderita flu
burung misalnya, harus dilakukan di Hongkong, karena Indonesia belum mampu,''
ujarnya. Tantangan lain adalah munculnya alat portabel yang bisa digunakan
untuk uji klinis secara mandiri. Alat pengukur gula darah portabel dengan
ukuran sebesar telepon seluler misalnya, bisa dibeli dengan harga Rp 200.000.
Pengidap diabetes dapat memeriksa kadar gula darahnya tanpa harus datang ke
laboratorium kesehatan. Fenomena ini harus disikapi dengan peningkatan
profesionalitas tenaga analis kesehatan. Lulusan analis kesehatan diserap oleh
masyarakat, seperti di antaranya : Instansi Pemerintah, BUMN, PMA, Rumah Sakit,
Puskesmas, Industri, Apotik, Laboratorium Klinik, Lembaga Pendidikan,
Wiraswasta, dan lain-lain.
Laboratorium kesehatan adalah unit kerja yang
mempunyai fungsi dan tugas pelayanan laboratorium kesehatan secara menyeluruh
meliputi salah satu atau lebih bidang pelayanan yang terdiri dari bidang
hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, toksikologi, kimia
lingkungan, patologi anatomi (histopatologi, sitopatologi, histokimia,
imunopatologi, patologi molekuler), biologi dan fisika.
PELATIHAN
Pelayanan
Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai unit pelayanan
penunjang medis, diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat
tentang aspek laboratoris terhadap spesimen/sampel yang pengujiannya dilakukan
di laboratorium. Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus
ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan penyakit. Ahli teknologi laboratorium kesehatan yang terdiri dari
para analis kesehatan dan praktisi laboratorium lainnya harus senantiasa
mengembangkan diri dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya jaminan mutu
terhadap hasil pengujian laboratorium dan tuntutan diberikan pelayanan yang
prima.
Peran
laboratorium klinik sangat penting, karena hasil pemeriksaan laboratorium akan
mempengaruhi keputusan tindakan medik, dengan demikian laboratorium dituntut
untuk dapat menyajikan hasil analisis secara akurat. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Plenani, Carrara (1997) tentang pelayanan laboratorium, dari
40.490 sampel terdapat kesalahan189 sampel (0,47%). Kesalahan tersebut umumnya
terdapat pada proses awal (input) sekitar 68,2%. Pre analitik adalah faktor
yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pemeriksaan laboratorium antara
lain menyangkut administras dan sampel (persiapan pasien, teknik, preparasi dan
distribusi). Keberhasilan pemeriksaan laboratorium yang diharapkan hanya
sekitar 74%, 12% kesalahan karena prosedur dan 14% karena permasalahan yang
tidak bisa dihindarkan.
Mengambil
sample darah di daerah pembuluh darah vena bukanlah pekerjaan mudah, tetapi
begitulah tugas sehari-hari yang harus dilakukan oleh seorang analis yang
bertugas di Laboratorium Kesehatan. Meskipun terlihat sangat sederhana,
terdapat berbagai tahap yang harus dilakukan dengan benar apabila ingin
mendapatkan hasil yang sempurna.
Phlebotomy
yaitu pengambilan sample darah dengan cara melubangi pembuluh darah vena
subcutis. Phlebotomis harus melaksanakan tugasnya dengan kompeten yaitu pada
saat mengumpulkan sample darah harus dengan sikap trampil, aman dan
dapat dipercaya. Tujuan phlebotomi adalah memperoleh sampel darah dalam volume
yang cukup untuk pemeriksaan yang dibutuhkan, dengan memperhatikan pencegahan
interferensi preanalisis, memasukkannya ke dalam tabung yang benar,
memperhatikan keselamatan (safety), dan dengan sesedikit mungkin menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien.
Dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia belum diatur tenaga kesehatan yang
disebut sebagai teknisi phlebotomi, oleh karena itu teknisi phlebotomi belum
sah sebagai salah satu tenaga kesehatan.
Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor : 370/Menkes/SK/III/2007 STANDAR PROFESI AHLI TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN tidak mencantumkan kewenangan analis kesehatan/pranata
laboratorium kesehatan untuk melakukan phlebotomi kecuali tercantum dalam hal
persiapan pengambilan sampel.
Berdasar
asumsi ini, DPW PATELKI DI Yogyakarta kembali mengadakan Seminar dan Pelatihan
Phlebotomy sebagai bentuk komitmen organisasi profesi untuk memperjuangkan
kepentingan anggota maupun calon anggota dalam meningkatkan kompetensinya dalam
hal pengambilan darah. Mengingat salah satu tugas organisasi profesi dalam hal
memberikan perlindungan hukum bagi anggotanya, dan memperhatikan bahwa
kewenangan melakukan pengambilan darah oleh teknisi phlebotomi ataupun oleh
analis kesehatan belum diakui sebagai suatu kewenangan yang mandiri, namun
harus dianggap sebagai kewenangan yang memerlukan supervisi dari keprofesian
yang menjadi "pemberi kerjanya" sebagai penanggung-jawabnya.
TUJUAN
INSTITUSI
Institusi
pendidikan Program Diploma III Analisis Kesehatan bertujuan untuk :
1.Mendidik
tenaga yang dapat menghasilkan tenaga analis kesehatan yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan professional sebagai berikut :
a.Memahami
arti dan makna serta menjunjung tinggi sumpah jabatan profesi dan etika
laboratorium kesehatan.
b.Memiliki
rasa disiplin dan tanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dalam
melaksanakan kewajiban sebagai tenaga professional di bidang Analis Kesehatan.
c.Dapat
mengembangkan diri menjadi manusia professional yang kritis, kreatif, dan
berorientasi kepada masa depan bangsa.
d.Mengetahui
dan mengikuti program upaya pelayanan kesehatan dan melaksanakannya dengan
tepat.
e.Menggunakan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip Ilmiah dalam menjalankan kewajibannya sebagai
Analis kesehatan.
f.Dapat
bekerja sama dengan Tim kesehatan lainnya dan dengan masyarakat.
g.Melaksanakan
sistem administrasi yang baik.
h.Dapat
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bidang Analis kesehatan
secara teknis dengan pengetahuan dan ketrampilan yang memadahi.
2.Mengembangkan
ilmu pengetahuan melalui penerapan ilmu dan teknologi.
a.Melaksanakan
dan mengembangkan program pendidikan berdasarkan falsafah Pancasila dan UUD
1945.
b.Memberikan
pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.Meningkatkan
jumlah dan mutu sarana pendidikan Analis Kesehatan yang memungkinkan
penyebarannya keseluruh daerah agar kebutuhan akan tenaga analis kesehatan di
daerah terpenuhi dan dapat menjunjung pemerataan upaya kesehatan.
d.Mengembangkan
kelengkapan perangkat lunak dan perangkat keras.
3.Meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan tenaga pengajar.
a.Mengembangkan
Pendidikan Analis Kesehatan dengan memberikan kesempatan untuk melakukan
kemahiran dalam bidang pemeriksaan laboratorium.
b.Meningkatkan
jumlah dan mutu tenga pengajar sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
4.Mengembangkan
informasi dan inovasi.
a.Mempertahankan
unsur pendidikan pada taraf yang tinggi bersama-sama dengan badan atau lembaga
yang ada kaitannya dengan peralatan yang menggunakan fasilitas laboratorium.
b.Mengikutsertakan
masyarakat termasuk swasta dalam menyelenggarakan Program Pendidikan Diploma
III Analis Kesehatan.
TUJUAN
PENDIDIKAN
Tujuan
Pendidikan Program Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan adalah mendididk
mahasiswa menjadi ahli Madya Analis Kesehatan yang mampu :
1.Melakukan
profesinya sesuai dengan Program Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan serta
Etika Laboratorium.
2.Melakukan
pemeriksaan laboratorium pada upaya kesehatan rujukan medik dan rujukan
kesehatan lainnya.
3.Menggunakan
dan memelihara serta memperbaiki kerusakan sederhana alat-alat laboratorium.
4.Bekerja
sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
5.Membimbing
dan membina tenaga kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya.
6.Mengelola
/ memimpin laboratorium kesehatan pada upaya kesehatan rujukan pertama.
7.Melakukan
administrasi laboratorium kesehatan.
8.Melakukan
penyuluhan kesehatan sesuai dengan bidangnya.
PERAN
DAN FUNGSI AHLI MADYA ANALISIS KESEHATAN
Sesuai
dengan tugas yang diuraikan di atas, ditetapkan peran, fungsi dan kompetensi
lulusan sebagai berikut :
Peran
ahli Madya Analis Kesehatan :
1.Pelaksanaan
teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan.
2.Pengelola
komponen laboratorium kesehatan.
3.Pembimbing/penyuluh.
4.Pembantu
peneliti.
Fungsi
dan kompetensi
Peran
I
Pelaksanaan
Teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan.
Fungsi
Melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bidang analis kesehatan
Kompetensi
:
1.Mengetahui
dasar-dasar genetic anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
2.Melaksanakan
analisis pengujian reagensia untuk menetapkan kualitas pemeriksaan secara
internal agar hasil analisis dapat dipercaya.
3.Membuat
larutan pereaksi yang bersifat standar.
4.Melakukan
analisis senyawa organik terutama gugus fungsional
5.Melakukan
analisis secara konvensional maupun menggunakan alat-alat elektronik
(instrumental analysis).
6.Mengetahui
struktur, peran dan fungsi hormon, vitamin, protein dan lain-lain serta
pembentukan dan penyimpanan energi metabolisme.
7.Mengenal
berbagai sifat secara kimia maupun fisika dari senyawa organik.
8.Mengetahui
berbagai instrument yang ada di laboratorium kesehatan dan mengetahui cara
kerja dan cara menggunkannya secara efektif dan efisien.
10.Melakukan
pengambilan, pengumpulan dan penyimpanan bahan-bahan pemeriksaan dan
reagenisasinya untuk berbagai analisis di laboratorium.
11.Melakukan
pemeriksaan secara analisis kimia klinik, hematologik, mikrobiologik,
parasitologik bahan-bahan urin, feses, darah, serum, plasma, cairan lambung dan
sebagainya dalam menjunjung diagnosis penyakit berdasarkan reaksi-reaksi kimia.
12.Melaksanakan
pemeriksaan jasad renik dalam laboratorium kesehatan melalui pemeriksaan
makroskopis, mikrokopis, isolasi dan melalui tes serologik / imonologik.
13.Melaksanakan
analisis kualitatif dan kuantitatif bahan farmasi, pestisida dan makanan.
14.Melakukan
pemantapan mutu laboratorium secara internal dan eksternal antara lain meliputi
bidang kimia klinik hematology, patologi, imunologi dan mikrobiologi.
Peran
2
Pengelola
komponen laboratorium kesehatan.
Fungsi
1.Membantu
pimpinan laboratorium dalam perencanaan laboratorium kesehatan.
2.Mengawasi
pelaksanaan kegiatan laboratorium dalam komponen yang menjadi wewenangnya.
Kompetensi
:
1.Merencanakan
kegiatan laboratorium.
2.Mengatur
pelaksanaan pemeriksaan laboratorium.
3.Mengawasi
dan membimbing pelaksana pemeriksaan laboratorium.
4.Mengevaluasi
hasil pemeriksaan laboratorium.
5.Membuat
laporan mengenai kegiatan laboratorium.
Peran
3
Pembimbing
/ penyuluh.
Fungsi
1.Memberikan
bimbingan dan pengawasan kepada tenaga kesehatan laboratorium yang terkait
dengan teknik pemeriksaan laboratorium kesehatan.
2.Memberikan
penerangan/penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemeriksaan
laboratorium.
Kompetensi
:
1.Membuat
rencana penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium.
2.Melaksanakan
penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium.
3.Mengevaluasi
hasil penyuluhan kesehatan dalam bidang laboratorium
Peran
4
Pembantu
peneliti.
Fungsi
Membantu
pelaksanaan penelitian dalam bidang yang berkaitan dengan pemeriksaan
laboratorium.
Kompetensi
:
1.Mengidentifikasi
masalah yang memerlukan penelitian.
2.Berperan
sebagai peneliti dan anggota Tim dalam pelaksanaan penelitian dalam bidang pemeriksaan
laboratorium.